Transpor
pasif merupakan perpindahan zat yang tidak memerlukan energi. Perpindahan zat
ini terjadi karena perbedaan konsentrasi antara zat atau larutan. Transpor
pasif meliputi peristiwa difusi sederhana, osmosis, dan difusi terbantu.
a. Difusi sederhana
Secara
tidak sadar proses difusi sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari. Misalnya,
Anda akan memasukan satu sendok gula ke dalam segelas air teh jika ingin
membuat air teh manis. Apa yang akan terjadi dengan gula tersebut? Awalnya,
gula tersebut akan mengendap di dasar gelas. Akan tetapi, lama-kelamaan gula
tersebut akan larut ke dalam air teh.
Peristiwa
tersebut akan terjadi pula pada tinta yang Anda teteskan ke dalam air bening
dalam suatu wadah. Tinta tersebut akan larut dan membuat air bening berubah
warna menjadi seperti warna tinta. Peristiwa larutnya gula dan tinta merupakan
contoh peristiwa difusi.
Gambar 1. Contoh difusi sederhana pada tinta. |
Difusi merupakan perpindahan molekul zat terlarut
dari konsentrasi tinggi menuju ke konsentrasi rendah. Proses difusi ini dapat
terjadi tanpa melalui membran maupun dengan melalui membran. Ada beberapa
faktor yang mempengaruhi kecepatan difusi, di antaranya suhu dan zat yang
berdifusi. Dengan naiknya suhu, energi kinetik yang dimiliki molekul suatu zat
menjadi lebih tinggi sehingga pergerakan molekul zat menjadi lebih cepat.
Gambar 2. Mekanisme difusi sederhana. |
Anggaplah bahwa membran pada gambar di atas permeabel
terhadap molekul pewarna tersebut. Setiap molekul pewarna akan bergerak secara
acak, tetapi akan terdapat gerak netto (selisih) molekul pewarna melintasi
membran ke sisi yang semula adalah air murni. Penyebaran zat pewarna melintasi
membran akan berlanjut hingga kedua larutan memiliki konsentrasi pewarna yang
sama. Begitu titik itu tercapai, akan terdapat kesetimbangan dinamik, yaitu
molekul pewarna yang melintasi membran dalam satu arah jumlahnya sebanyak
molekul pewarna yang melintasi membran dalam arah sebaliknya, setiap detik.
Zat yang memiliki berat molekul kecil akan lebih
cepat berdifusi dibandingkan zat dengan berat molekul besar. Oleh karena itu,
zat yang paling mudah berdifusi adalah gas. Cairan relatif lebih lambat
berdifusi dibandingkan dengan gas. Tidak seluruh molekul dapat berdifusi masuk
ke dalam sel.
b. Difusi
Terfasilitasi
Difusi terfasilitasi disebut
juga difusi dipermudah. Pada
proses difusi yang terfasilitasi oleh protein, molekul-molekul seperti asam
amino, gula, tidak dapat melalui membran plasma. Akan tetapi, molekul tersebut
melewati saluran yang dibentuk oleh suatu protein membran yang disebut protein integral. Terdapat dua macam protein integral yang berperan dalam proses difusi terfasilitasi, yaitu chanel protein dan protein pembawa (carrier protein). Proses difusi terfasilitasi oleh protein pembawa (carrier protein) mirip dengan proses difusi terfasilitasi oleh chanel protein. Letak perbedaannya, protein membentuk
saluran dan mengikat molekul yang ditranspor. Molekul yang ditranspor seperti glukosa dan asam amino berdifusi dan menurun sesuai
gradien konsentrasinya.
Gambar 3. Mekanisme difusi terfasilitasi. |
c. Osmosis
Osmosis adalah
pergerakan molekul air dari konsentrasi air yang tinggi (hipotonis) menuju
konsentrasi air yang rendah (hipertonis) melalui membran selektifpermeabel. Selektifpermeabel
berarti membran tersebut hanya bisa dilalui oleh molekul-molekul air atau molekul-molekul
seukuran dengan air.
Gambar 4. Mekanisme osmosis. |
Air merupakan zat
pelarut. Oleh karena itu, osmosis dapat diartikan sebagai gerak cairan yang
encer menuju cairan yang pekat melalui membran semipermeabel. Masuknya air ini dapat menyebabkan
tekanan air yang disebut tekanan osmotik.
Pada sel tanaman disebut tekanan turgor. Terdapat tiga sifat larutan yang dapat
menentukan pergerakan air pada osmosis, yaitu hipertonik, hipotonik, dan isotonik.
Suatu larutan dikatakan hipertonik jika memiliki konsentrasi zat terlarut lebih
tinggi dibandingkan larutan pembandingnya. Dalam hal ini, larutan pembanding
akan bersifat hipotonik karena memiliki konsentrasi zat terlarut lebih kecil.
Larutan isotonik, memiliki konsentrasi zat terlarut yang sama dengan larutan
pembanding.
Apabila kepekatan
cairan di luar dan di dalam sel sama (isotonis),
kondisi sel akan tetap. Namun, apabila cairan di luar sel lebih encer daripada
di dalam sel (hipotonis) maka
air akan masuk ke dalam sel. Sebaliknya, apabila cairan di luar sel lebih pekat
daripada di dalam sel (hipertonis)
maka air dari dalam sel akan bergerak ke luar. Kondisi hipotonis dapat
mengakibatkan sel menggelembung dan mungkin pecah. Adapun pada kondisi
hipertonis, sel akan mengerut.
Gambar 5. Kondisi sel hewan dan tumbuhan pada berbagai jenis larutan. |
Jika sel dimasukkan
ke dalam larutan hipertonik, air akan terus-menerus keluar dari sel. Sel akan
mengerut, mengalami dehidrasi, dan bahkan dapat mati. Pada sel tumbuhan, hal
ini menyebabkan sitoplasma mengerut dan terlepas dari dinding sel. Peristiwa
ini disebut plasmolisis.
Dengan demikian, pada saat tertentu, sel perlu meningkatkan kembali kandungan
zat-zat dalam sitoplasma untuk menaikkan tekanan osmotik di dalam sel. Cara sel
mempertahankan tekanan osmotiknya ini disebut osmoregulasi. Demikian seterusnya, sel selalu aktif dan hal tersebut
dilakukan untuk mempertahankan kondisi setimbang antara sel dan lingkungannya.
Proses metabolisme membutuhkan air dan mineral atau garam dan berbagai zat yang
terkandung dalam sitoplasma. Akibatnya, tekanan osmotik dan konsentrasi
molekul-molekul lain berubah sehingga terjadi aliran difusi dan osmosis yang
terus-menerus dari sel ke luar atau dari luar ke dalam sel.
SUMBER REFERENSI
SUMBER REFERENSI
Reece, Jane B., et al. 2011. Campbell
Biology Ninth Edition. USA: Pearson Education Inc.
Rikky Firmansyah,
Agus Mawardi H., dan M. Umar Riandi. 2009. Mudah dan Aktif Belajar Biologi
2: Untuk Kelas XI Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah Program Ilmu
Pengetahuan Alam. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar